Pergerakan harga emas dunia (XAU/USD) pada perdagangan Selasa menunjukkan stabilitas dengan kecenderungan menguat. Sentimen positif ini didukung oleh sinyal teknikal yang masih solid serta ekspektasi pasar terhadap kelanjutan kebijakan penurunan suku bunga Amerika Serikat. Analisis dari Dupoin Futures Indonesia menyebutkan bahwa tren emas masih berada di jalur positif, meskipun sebelumnya sempat tertekan aksi ambil untung.
Pada perdagangan Senin (21/12), harga emas sempat mencatatkan level tertinggi harian di area $4.350. Namun, momentum kenaikan tersebut tidak bertahan lama setelah sebagian pelaku pasar merealisasikan keuntungan. Tekanan jual jangka pendek membuat harga terkoreksi dan akhirnya ditutup relatif stabil di kisaran $4.296, seiring berlanjutnya pelemahan dolar AS.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai struktur pergerakan emas saat ini masih mencerminkan tren naik yang semakin kuat. Hal ini terlihat dari pola candlestick serta indikator Moving Average yang menunjukkan dominasi pembeli masih cukup solid. Selama harga mampu bertahan di atas area support terdekat, peluang untuk melanjutkan kenaikan dinilai masih terbuka.
“Melihat kombinasi candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk, tren bullish XAU/USD masih terjaga. Apabila tekanan beli berlanjut, harga emas berpotensi bergerak naik untuk menguji area $4.348,” jelas Andy Nugraha.
Meski begitu, ia juga mengingatkan bahwa potensi koreksi teknikal jangka pendek tetap perlu diwaspadai. Jika tekanan jual kembali muncul dan harga gagal melanjutkan penguatan, XAU/USD berpeluang turun ke area support sekitar $4.290. Koreksi tersebut dinilai wajar selama tidak merusak struktur tren naik yang sedang berlangsung.
Pada perdagangan Selasa (22/12), emas kembali melanjutkan penguatannya, terutama pada sesi Asia. Harga XAU/USD tercatat naik hingga mendekati $4.305, yang menjadi level tertinggi sejak 21 Oktober. Kenaikan ini didorong oleh spekulasi pasar terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve AS. Pekan lalu, The Fed telah melakukan pemotongan suku bunga ketiga sepanjang tahun dan mengisyaratkan sikap kebijakan yang lebih akomodatif ke depan.
Kondisi suku bunga yang lebih rendah umumnya mengurangi biaya peluang dalam memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil, sehingga turut mendorong permintaan terhadap logam mulia. Walaupun dalam proyeksi ekonomi (dot plot) The Fed hanya memperkirakan satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin hingga akhir 2026, pasar masih membuka peluang adanya kebijakan pelonggaran yang lebih agresif.
Perhatian pelaku pasar pada Selasa sore juga tertuju pada rilis sejumlah data ekonomi penting AS, seperti laporan Nonfarm Payrolls (NFP), Penjualan Ritel, dan PMI. Data ketenagakerjaan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan.
Di sisi lain, optimisme terhadap pembicaraan perdamaian Ukraina berpotensi menekan permintaan aset safe haven, termasuk emas. Meski demikian, ketidakpastian global dan dinamika kebijakan moneter masih membuat emas tetap menarik sebagai instrumen lindung nilai. Dengan dukungan teknikal dan fundamental yang cukup kuat, Andy Nugraha memproyeksikan pergerakan emas hari ini cenderung stabil dengan peluang penguatan lanjutan, meskipun risiko koreksi jangka pendek tetap ada.
Artikel ini juga tayang di vritimes