Pentingnya Analisis Sosial dalam Memahami Perubahan Masyarakat

waktu baca 3 menit
0 38

WAWASAN | EDITORIAL INDONESIA — Dalam sebuah perhelatan yang diselenggarakan organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Pengurus Cabang Kota Tangerang, Minggu, 23 Februari 2025, Subandi Musbah, Direktur Visi Nusantara, menekankan pentingnya analisis sosial (ansos) dalam memahami dinamika masyarakat yang terus bergerak. Dalam pernyataannya, Subandi menjelaskan bahwa masyarakat tidak pernah diam; ia selalu berubah, berkembang, dan terkadang bergejolak. Namun, bagaimana cara kita memahami semua perubahan ini?

Subandi menjelaskan bahwa analisis sosial (ansos) bukan sekadar teori, melainkan alat yang esensial untuk membaca realitas, mengurai struktur sosial, dan memahami bagaimana kekuatan ekonomi, politik, serta budaya membentuk kehidupan sehari-hari. “Ansos adalah upaya untuk memahami bagaimana masyarakat bekerja. Ia menggali lebih dalam, menyingkap hubungan antarindividu, kelompok, serta sistem yang mengatur mereka,” ujarnya.

Dalam analisis sosial, Subandi mengajak kita untuk bertanya lebih dalam mengenai kekuasaan dan ketimpangan sosial. “Siapa yang berkuasa dan mengapa? Bagaimana ketimpangan sosial terbentuk? Apa yang menyebabkan perubahan sosial?” tanyanya, menekankan bahwa tidak ada masyarakat yang netral dan setiap tatanan sosial memiliki kepentingan yang sering kali tersembunyi.

Subandi juga membahas dua pemikiran besar yang telah membentuk cara kita melihat dunia: kapitalisme dan marxisme. Ia menjelaskan bahwa kapitalisme, meskipun menjanjikan inovasi dan kekayaan, juga menciptakan ketimpangan sosial yang signifikan. “Tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. Beberapa lahir di keluarga kaya, sementara yang lain harus berjuang dari nol,” jelasnya.

Di sisi lain, Subandi mengungkapkan pandangan Karl Marx yang menentang kapitalisme, menyebutnya sebagai sistem eksploitasi. “Marx berargumen bahwa kelas pekerja dieksploitasi oleh pemilik modal, dan ketika ketimpangan semakin parah, revolusi sosial akan muncul,” tambahnya.

Dalam konteks ini, dia menyoroti stratifikasi sosial yang ada di masyarakat, yang mencakup stratifikasi ekonomi, politik, dan budaya. Ia menekankan bahwa stratifikasi ini sering kali tidak adil dan sulit ditembus, sehingga menciptakan kesenjangan yang semakin lebar.

“Di banyak negara, ketimpangan sosial semakin melebar. Sepuluh persen orang terkaya di dunia menguasai lebih dari separuh kekayaan global, sementara jutaan orang hidup di bawah garis kemiskinan,” ungkap nya. Ia menekankan bahwa pendidikan adalah salah satu jalan untuk keluar dari jerat ketimpangan, meskipun sering kali sistem pendidikan dikuasai oleh kelompok elite.

Subandi menutup diskusinya dengan pesan penting bagi kader PMII. “Kita harus selalu kritis, bertanya, dan menggugat ketidakadilan yang ada. Ansos bukan hanya alat pemahaman, tetapi juga dasar bagi aksi sosial. Perubahan sosial tidak terjadi dalam semalam, tetapi setiap gerakan kecil bisa berdampak besar,” tutupnya, mengutip Nelson Mandela, “Tampaknya selalu mustahil sampai semuanya selesai.”

Dengan demikian, analisis sosial menjadi salah satu kunci untuk memahami dan mengubah masyarakat menuju keadilan dan kesejahteraan yang lebih merata. (*)

Unggulan

LAINNYA