Bung Karno, Museum Multatuli, dan Abraham Garuda Laksono: Menghidupkan Semangat Perjuangan

waktu baca 3 menit
0 32

LEBAK | EDITORIAL INDONESIA — Pada tanggal 28 Februari 2025, suasana di Museum Multatuli di Rangkas Bitung, Lebak, dipenuhi semangat dan harapan. Abraham Garuda Laksono, seorang Anggota DPRD Banten dari Fraksi PDI Perjuangan, melangkah masuk ke dalam museum yang kaya akan sejarah perjuangan rakyat Banten. Kunjungan ini bukan sekadar acara formal; ini adalah upaya untuk menghidupkan kembali semangat perjuangan yang diwariskan oleh Bung Karno, yang selalu mengingatkan kita untuk “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” (Jas Merah).

Museum Multatuli, yang dulunya merupakan Kantor Karesidenan Lebak pada masa kolonial, menyimpan banyak kisah heroik tentang perlawanan rakyat Banten terhadap penjajahan. Di dalamnya, terdapat catatan perjuangan yang diabadikan dalam novel “Max Havelaar” karya Eduard Douwes Dekker, yang lebih dikenal dengan nama Multatuli. Abraham, yang telah membaca buku tersebut, merasa terinspirasi untuk mendalami lebih jauh tentang sejarah perjuangan rakyat Banten.

Saat menjelajahi museum, Abraham terpesona oleh berbagai bentuk perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat. Ia menemukan cerita tentang peran ulama dan haji, serta kiprah Nyimas Gamparan, seorang pejuang perempuan yang berani melawan ketidakadilan. Pemberontakan Petani Banten tahun 1888 juga menjadi sorotan, menggambarkan betapa gigihnya masyarakat dalam memperjuangkan hak-hak mereka. “Perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah Provinsi Banten,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Abraham merasa penting untuk meneladani petuah Bung Karno. Ia mengajak generasi muda untuk memahami dan menghargai perjuangan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan dan keadilan. “Kita perlu meneladani para pendahulu kita. Sejarah mencatat bahwa ketidakadilan pasti akan kalah oleh perjuangan rakyat,” tegasnya, menyalakan semangat di hati para pendengar.

Kunjungan ke museum ini bukan hanya sekadar melihat-lihat, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi Abraham. Ia merasakan betapa pentingnya untuk terus mengingat dan merayakan perjuangan para pahlawan. “Setelah membaca buku Multatuli, saya sangat antusias mengunjungi museum ini. Banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari sejarah perjuangan rakyat Banten,” tambahnya, matanya berbinar penuh semangat.

Museum Multatuli, yang terletak di jantung Rangkasbitung, memang menjadi pusat edukasi tentang sejarah kolonialisme dan perlawanan rakyat di Indonesia. Selain menampilkan kisah Multatuli, museum ini juga menyajikan berbagai koleksi dan arsip yang menggambarkan ketidakadilan serta perjuangan rakyat Banten sepanjang sejarah.

Abraham berharap, melalui kegiatan ini, semangat perjuangan dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Bung Karno dapat terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang untuk mencintai tanah air dan menghargai sejarah. “Kita harus terus mengingat dan merayakan perjuangan para pahlawan kita. Mereka telah berkorban untuk memberikan kita kemerdekaan, dan sudah menjadi tugas kita untuk meneruskan perjuangan mereka,” tegasnya dengan penuh keyakinan.

Dengan harapan yang menggebu, Abraham ingin agar semakin banyak generasi muda yang tertarik mempelajari sejarah dan meneladani semangat perjuangan para pendahulu dalam melawan ketidakadilan. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi momen refleksi, tetapi juga sebagai langkah awal untuk membangun kesadaran kolektif di kalangan masyarakat tentang pentingnya sejarah. Di sinilah, di Museum Multatuli, semangat perjuangan itu dihidupkan kembali, mengalir dalam jiwa setiap pengunjung yang datang. (*)

Unggulan

LAINNYA