Konflik Israel-Iran, Dampak Langsung ke Pasar Kripto?

waktu baca 3 menit
5

Jakarta, 16 Juni 2025 – Memanasnya ketegangan yang terjadi antara Iran vs Israel, belakangan memicu ketidakpastian di pasar ekonomi dan politik global. Hal ini, termasuk gejolak pada pasar aset digital seperti aset kripto. Menanggapi hal tersebut, Bittime, platform crypto exchange Indonesia yang resmi dan berlisensi menekankan pentingnya manerapkan startegi investasi jangka panjang.

Konflik antar kedua negara ini, bermula dari serangan udara yang diberikan oleh israel terhadap Iran pada Jumat (14/6/2025) dini hari. Serangan ini, menewaskan sejumlah petinggi militer dan ahli nuklir Negeri Persia, termasuk penghubung komunikasi antara Iran dan Amerika Serikat (AS), Ali Shamkhani.

Akibatnya, Iran membalas dengan menerjunkan sejumlah rudal ke Israel, termasuk ke Ibu Kota Tel Aviv. Di mana, serangan tersebut disebutkan bertujuan untuk membunuh Kepala Staf Militer milisi penguasa Yaman Houthi, Muhammad Al Ghamar.

Lebih lanjut, memanasnya konflik antara Iran dan Israel kemudian memicu berbagai spekulasi, termasuk pada sentimen pasar aset digital. Peningkatan serangan udara oleh Israel dan ancaman serangan balik dari Iran, terjadi beriringan dengan peningkatan fluktuasi harga yang tajam.

Hal ini, mencerminkan reaksi pasar yang digerakkan oleh ketakutan dan spekulasi.  Tercatat, aset Bitcoin sempat mengalami koreksi cukup tajam, bahkan sempat menyentuh $103.000 USD pada 13 Juni, lalu.

Namun, terpantau dalam 24 jam terakhir (16/06/2025) harga aset bitcoin telah kembali bangkit ke angka $107.000 USD atau naik sekitar 1.63%. Secara keseluruhan, meski sempat mengalami koreksi akibat sentimen risk-off di tengah memanasnya gejolak geopolitik, rebound yang cepat memperlihatkan ketahanan pasar aset kripto.

Menanggapi situasi ini, CEO Bittime, Ryan Lymn, menyatakan bahwa gejolak geopolitik dan ketidakpastian kondisi pasar ekonomi global menjadi momen penting bagi para investor aset digital, khususnya aset kripto untuk mengimplementasikan strategi investasi jangka panjang yang tepat.

“Ketegangan geopolitik yang terjadi saat ini tentu memberikan tekanan pada kondisi psikologis pasar, termasuk investor aset kripto Indonesia. Untuk itu, kami memandang bahwa dalam menghadapi tekanan terhadap nilai aset kripto saat ini, penting untuk mengimplementasikan strategi investasi jangka panjang, berdasarkan tolerasi risiko masing-masing investor,” ungkap Ryan.

Ia menambahkan, dalam kondisi seperti ini momentum fluktuasi pasar tidak jarang juga dimanfaatkan sebagai peluang untuk memanfaatkan aset kripto sebagai alat diversifikasi investasi. Sebab, nilai aset kripto seperti Bitcoin tidak terpengaruh secara langsung oleh kondisi perekonomian dunia karena sifatnya yang terdesentralisasi dan tidak terikat.

Akan tetapi, banyak dari para investor pemula memilih untuk mengamankan nilai aset yang dimiliki dengan berinvestasi pada aset-aset yang nilainya cenderung stabil seperti aset USDT dan Bitcoin.

Kedua aset tersebut, dipandang sebagai alternatif investasi yang cenderung lebih aman jika dibandingkan dengan aset-aset fluktuatif lainnya. Apalagi, ketersediaan fitur staking yang tersedia di platform crypto exchange resmi dan diawasi OJK, seperti Bittime, belakangan menjadi salah satu pilihan strategi jangka panjang yang sering kali dipilih oleh para investor muda.

Selaras dengan hal tersebut, sebagai alternatif investasi yang terbilang baru, edukasi aset kripto menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku industri khususnya platform perdagangan aset kripto.

Untuk itu, peningkatan literasi dan edukasi aset kripto menjadi hal yang tidak kalah penting, mengingat investasi aset kripto mengandung risiko yang termasuk fluktuasi harga, kehilangan modal, risiko likuiditas, teknologi, dan regulasi yang menjadi tanggung jawab pribadi pengguna.

Oleh karena itu, sangat penting mengetahui tingkat toleransi risiko, serta strategi dan metode investasi yang sesuai bagi masing-masing investor.

Artikel ini juga tayang di vritimes

Unggulan

LAINNYA