Soal Pawang Hujan Mandalika, Politikus PDIP: Banten ada Debus, Jawa Barat ada Cingcowong, di Bali Nerang Hujan, NTB Bau Nyale

waktu baca 2 menit
169

JAKARTA | EDITORIAL INDONESIA Aksi pawang hujan pada penyelenggaraan MotoGP 2022 di Mandalika ,ditanggapi Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan Hardiyanto Kenneth.

Menurut Hardiyanto, pawang hujan merupakan kearifan lokal dan tidak perlu diperdebatkan publik.

“Adanya aksi pawang hujan itu, membuat Mandalika dan Lombok yang memiliki destinasi wisata alam dan tradisi nyongkolan, semakin terkenal dan menjadi perbincangan dunia,” kata Hardiyanto Kenneth, Rabu 23 Maret 2022.

Menurut Kenneth, pawang hujan di Mandalika merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang bisa dikenalkan kepada dunia, bahwa ini adalah bagian dari budaya Indonesia.

“Pawang hujan ini jika dikaitkan dengan agama ya tidak sepadan. Kalau bicara soal sosial budaya, ya inilah Indonesia dengan beragam budaya kearifan lokalnya,” kata Kenneth.

Ia menyebutkan, masyarakat Indonesia tidak bisa dilepaskan dari kebudayaannya.

“Apalagi Indonesia sejak zaman dahulu memiliki budaya sendiri dengan kearifan lokalnya yang dimiliki hampir semua masyarakat dari berbagai suku di daerah masing-masing,” katanya.

Menurut dia, semua daerah mempunyai kebudayaan tersendiri dan punya tujuan serta makna yang berbeda-beda antara satu dengan kearifan lokal lainnya.

“Indonesia itu unik dan menarik karena kaya akan adat istiadat dan budaya. Hal inilah yang tidak bisa kita temukan di negara lain,” tuturnya.

Kenneth mencontohkan, budaya cingcowong di Jawa Barat di mana upacara tersebut bertujuan untuk meminta hujan, dan sudah dilakukan terus-menerus secara turun-temurun oleh masyarakat Luragung.

“Bahkan, budaya cingcowong juga menunjukkan bagaimana suatu permintaan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.

Apapun bentuk kearifan lokalnya, kata dia, hal itu ditunjukkan bagaimana suatu permintaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Di Bali ada kearifan lokal nerang hujan, di Banten ada debus, lalu di NTB ada bau nyale. Hal-hal seperti ini seharusnya kita pahami dan bisa bertoleransi satu sama lainnya, karena kearifan lokal sudah ada sejak zaman nenek moyang kita,” ujar dia.

Kent meminta, aksi pawang hujan di Mandalika tersebut bisa diambil sisi positifnya, sebagai salah satu modal sosial budaya Indonesia untuk lebih mempromosikan negara ini ke dunia internasional. (Red)

Unggulan

LAINNYA