Golkar dan Misi Mulianya Menghantarkan Ganjar Penuhi Panggilan Rakyat 

waktu baca 3 menit
0 153

JAKARTA, EDITORIALINDONESIA – Belakangan muncul tudingan Partai Golkar mulai tidak percaya diri untuk mengusung Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto (AHA) sebagai Calon Presiden (Capres) 2024. Tudingan ini bermula dari pernyataan Waketum Golkar Nurdin Halid yang mengaku partainya terbuka mengusung Ganjar jika diabaikan PDIP di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Tudingan lainnya, pernyataan Nurdin Halid itu dianggap hanya akal-akalan Golkar untuk menaikkan elektabilitas AHA.

Ganjar Bagai Anak Tiri di PDIP

Patut diakui dan semua orang tahu, Ganjar saat ini menjadi kandidat Capres 2024 yang elektabilitasnya cukup tinggi. Sejumlah lembaga survei menyebut hanya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mendekati elektabilitas orang nomor satu di Jateng tersebut.

Sayangnya, sejauh ini Ganjar seperti dianaktirikan di PDIP. Meski keputusan capres berada di tangan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, namun dalam beberapa kesempatan para elit PDIP menunjukkan seolah tidak merestui andai Ganjar menjadi capres. Mereka lebih mendukung Ketua DPR RI Puan Maharani untuk diusung PDIP di Pilpres 2024 mendatang.

Bahkan tak jarang para elit PDIP itu melontarkan kritik tajam ke sejumlah kader PDIP di daerah yang terang-terangan mendukung Ganjar maju sebagai capres. Satu elit PDIP yang secara terbuka mengecam dukungan ke Ganjar itu adalah Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto.

Politisi yang akrab disapa Bambang Pacul dan kini menjabat Ketua Komisi III DPR RI itu bahkan sampai menjuluki para kader PDIP yang mendauhuli keputusan Megawati itu sebagai kader celeng bukan kader banteng.

Lalu, salahkah Golkar mendekati Ganjar? 

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya akan memberi contoh dari dunia sepakbola. Ada seorang pemain bintang, namun disia-siakan oleh klub-nya. Apakah salah kalau ada klub lain yang meminati dan menyelamatkan karirnya? 

Jangankan sudah jelas-jelas disia-siakan yang bisa saja menghancurkan karirnya, tidak pun wajar-wajar saja sebuah klub meminati seorang pemain bintang.

Apakah sebuah klub mendekati pemain bintang karena tidak percaya dengan skuadnya? Sebuah klub mengejar pemain bintang kebanyakan bukan karena tidak yakin dengan skuad yang ada, namun untuk menambal kekurangan yang ada di timnya. 

Dari contoh itu kita bisa pahami bahwa Golkar mendekati Ganjar bukan karena tidak percara diri mengusung Airlangga. Langkah itu juga dilakukan Golkar bukan sepenuhnya hanya untuk mendongkrak elektabilitas AHA.  Melainkan hanya untuk menambal suara AHA di daerah yang elektabilitasnya rendah, dalam hal ini di Jawa Tengah. 

Dalam kontestasi politik, langkah seperti itu bukankah hal biasa dan memang harus dilakukan bila ingin memenangkan sebuah pertarungan?

Kemudian apa untungnya Ganjar menerima pinangan Golkar? 

Pertama, yang pasti Ganjar akan mendapat kendaraan untuk maju di Pilpres 2024 mendatang. Tentu Golkar juga harus membangun koalisi dengan partai lain untuk bisa mengusungnya. Namun, bagi Ganjar minimal dirinya mendapat jaminan untuk maju di Pilpres 2024. Ketimbang bertahan di PDIP namun disia-siakan.

Kedua, orang seperti Ganjar yang elektabilitasnya tinggi dan terlanjur diinginkan publik untuk maju di Pilpres 2024, akan sangat disayangkan jika diabaikan begitu saja. Memang dia kader PDIP, tapi kalau publik sudah menginginkannya memimpin negeri ini mengapa tidak maju walaupun harus dari partai lain. 

Jadi kesimpulannya, Golkar kemungkinan besar memang bakal mendapat limpahan suara dari pendukung Ganjar. Namun, sejatinya Golkar mempunyai misi mulia yakni menghantarkan Ganjar memenuhi panggilan rakyat yang menginginkannya melanjutkan pemerintahan Jokowi.

Unggulan

LAINNYA