Masa Sih Golkar Ragu Usung Airlangga Jadi Capres 2024?

waktu baca 3 menit
118

Penulis: Tim Redaksi

JAKARTA, EDITORIALINDONESIA.ID – Sejumlah pihak menilai Partai Golkar mulai ragu untuk mengusung Ketua Umumnya Airlangga Hartarto di Pilpres 2024. Hal ini menyusul pernyataan Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Golkar Nurdin Halid yang mengaku partainya terbuka untuk mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 jika diabaikan PDIP.

Salah satunya Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya yang menuding Golkar mulai tidak percaya diri untuk mengusung Airlangga. Pertanyaannya, masa sih Golkar ragu mengusung Airlangga sebagai capres?

Nurdin Halid Bukan Ketum Golkar

Terlalu dini menuding Golkar ragu untuk mengusung Airlangga sebagai capres hanya gara-gara salah satu kadernya menyinggung kader dari partai lain. Nurdin memang salah satu sosok senior di Golkar dan mempunyai jabatan strategis di partai berlambang beringin tersebut.

Namun, karena dia bukan ketum partai, jadi ucapannya terkait Ganjar sama sekali tidak menunjukkan sikap Golkar. Kecuali yang menyampaikan itu Airlangga langsung, baru bisa kita bilang ada kemungkinan dirinya ragu untuk ikut bersaing di kontestasi demokrasi nanti. Sehingga mencari alternatif sosok lain untuk diusung.

Dalam pandangan saya, ucapan seperti yang dilontarkan oleh Nurdin itu sebuah hal biasa dalam politik. Dan sama sekali tidak mengurangi keyakinan Golkar untuk mengusung Airlangga. Sejauh ini saya melihat, kader Golkar sangat solid dan optimis bisa mengusung Airlangga sebagai capres.

Mungkin Begini Maksud Nurdin Halid

Kalau bukan karena ragu dengan pencapresan Airlangga, lalu apa maksud Nurdin Halid itu?

Jawabannya yang tahu tentu Nurdin Halid sendiri. Namun, ada beberapa hal yang kemungkinan berada di benak pikiran eks Ketum PSSI itu.

Pertama, Nurdin ingin Ganjar menjadi pendamping Airlangga di Pilpres 2024 mendatang. Sudah bukan rahasia lagi, Ganjar merupakan salah satu sosok yang elektabilitasnya selalu berada di posisi tiga besar bersama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Sedangkan Airlangga sampai saat ini masih berkutat di papan tengah.

Akan tetapi, meskipun elektabilitasnya cukup tinggi, Ganjar belum dapat jaminan bakal diusung PDIP. Sehingga Nurdin seakan memberi kode ke Ganjar daripada tidak diusung PDIP, lebih baik menjadi cawapres Airlangga. Nurdin mungkin merasa optimis duet Airlangga-Ganjar akan menarik perhatian partai lain (di luar PDIP dan Gerindra) untuk bergabung mendukungnya.

Kedua, Nurdin sedang mencoba membongkar rencana PDIP di Pilpres 2024 mendatang. Seperti diketahui, PDIP saat ini masih dilema antara mengusung Ketua DPR RI Puan Maharani atau Ganjar Pranowo. Andaikan PDIP resah dengan pernyataan Nurdin itu, maka dapat disimpukan PDIP sebenarnya sudah punya capres yakni Ganjar bukan Puan.

Kalau sudah demikian, maka Golkar akan fokus membangun koalisi dengan partai lain sambil mencari pendamping Airlangga yang cocok.

Ketiga, Nurdin ingin mengajak PDIP berkoalisi dengan Golkar. Selama ini isu yang berkembang, PDIP bakal berkoalisi dengan Gerindra di Pilpres 2024 mendatang. Mereka bakal mengusung Prabowo-Puan sebagai capres-cawapres. Namun, dalam politik segala kemungkinan sangat bisa terjadi. Itulah yang dipahami Nurdin Halid.

Nurdin ingin membuka mata PDIP, bahwa ada pilihan lain yang lebih menarik untuk didukung di Pilpres 2024 mendatang. Ketimbang mendukung Prabowo yang sudah berkali-kali gagal menang, lebih baik menduetkan Ganjar dengan Airlangga.

Bukannya pasangan Airlangga-Ganjar jauh lebih segar dan bepeluang menang ketimbang mendukung Prabowo? PDIP mau mengulangi kekalahan telak saat mengusung Megawati-Prabowo di 2009?

Unggulan

LAINNYA