Antara Pemilu 2024, Calon Potensial, dan Gula-gula Airlangga

waktu baca 3 menit
175

Kontestasi pesta demokrasi 2024 memang masih lama. Akan tetapi, mesin politik sudah mulai bekerja, merespons tahapan pemilu yang akan dimulai sedari Juli tahun depan. Banyak partai politik mulai menyosialisasikan nama-nama ketua umumnya sebagai calon potensial untuk pemilihan presiden kelak.

Tak heran kemudian jika kita melihat beberapa nama yang mulai menghiasi sudut-sudut kota. Sebut saja Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, hingga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Terlepas dari ambang batas pencalonan yang mencapai 20 persen, di antara sejumlah nama tadi, bisa dibilang hanya Airlangga yang rencana pencalonannya tak memunculkan riak politik dan sosial. Mari kita bedah. Kemunculan nama Puan, misalnya, langsung memantik polemik.

Di internal partai banteng tampak tidak solid, mengingat banyak yang lebih mendukung Ganjar Pranowo ketimbang Puan. Ganjar dianggap lebih prospek ketimbang Puan, bagi dari sisi pengalaman, kinerja, prestasi, termasuk karakter sebagai seorang pemimpin.

Beralih ke Prabowo. Dalam kontestasi pemilihan presiden, Prabowo sudah tiga kali mencalonkan diri. Hasilnya, Prabowo selalu kalah. Kini, Prabowo tampak tak lagi malu untuk satu kubu dengan Joko Widodo, rivalnya selama dua kali gelaran pemilihan presiden.

Bukan hanya itu, jika Prabowo kembali mencalonkan diri dalam Pilpres 2024, potensi polarisasi dikhawatirkan semakin kuat. Karenanya, banyak yang meminta Gerindra untuk melakukan regenerasi, mengalihkan pencalonan dari Prabowo kepada nama lainnya.

Demi persatuan rakyat, tampaknya bukan hal sulit bagi Prabowo untuk tak lagi mencalonkan diri, membiarkan kader untuk melangkah.

Beralih ke AHY dan Muhaimin, gelombang pesimistis langsung merebak begitu mendengar rencana keduanya mengikuti kontestasi Pilpres 2024 sebagai calon presiden. Bukan hanya soal pengalaman, publik masih belum melihat kinerja dan prestasi membanggakan yang ditorehkan keduanya.

Tak heran jika banyak pengamat yang menilai AHY dan Muhaimin sewajarnya mencari panggung untuk posisi calon wakil presiden.

Sebaliknya, kondisi berbeda dimiliki Airlangga. Di internal Partai Golkar, tidak riak yang menolak rencana mengusung Airlangga sebagai calon presiden. Seluruh kader dan pengurus tampak solid dan satu suara.

Jika mengukur kinerja dan prestasi, pandemi covid-19 benar-benar jadi panggung pembuktian bagi Airlangga. Bersama Luhut Binsar Pandjaitan, yang juga kader Partai Golkar, Airlangga mampu mengeluarkan Indonesia dari resesi ekonomi, termasuk membuat kasus dan sebaran virus terus menurun.

Ragam prestasi ini yang kemudian membuat nama Airlangga semakin dikenal publik. Begitu juga dengan tingkat elektabilitasnya. Dari beberapa hasil survei, elektabiltas Airlangga terus naik tajam.

Hasil survei Arus Survei Indonesia (ASI) misalnya, yang dilakukan dalam periode 26 Agustus hingga 3 September 2021, elektabilitas Airlangga berada di angka 3,8 persen dalam kategori tingkat keterpilihan menteri.

Jika dibandingkan temuan survei Indikator Politik, periode 30 Juli hingga 4 Agustus, elektabilitas Airlangga berada di angka 1,1 persen.

“Hasil survei menjadi gambaran jika publik mulai mengenal kerja Airlangga Hartarto. Karena itu, adanya peningkatan popularitas dan elektabilitas terhadap Airlangga Hartarto dapat terpotret,” jelas Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah kepada media, beberapa waktu lalu.

Dalam pandangan Dedi, kerja pemulihan ekonomi, di mana Airlangga berhasil membawa Indonesia keluar dari resesi, menjadi faktor dominan yang membuat nama Airlangga sebagai dikenal publik. Ini pula yang memengaruhi elektabilitas Airlangga yang terus naik dalam setiap hasil survei.

Terlepas dari analisis ini, para tokoh yang berencana mengikuti kontestasi Pemilu 2024 sudah seharusnya lebih mementingkan kerja penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, yang muaranya demi kepentingan rakyat.

Meminjam jargon Airlangga yang banyak bertebaran di baliho-baliho dan stiker angutan umum, yakni Kerja untuk Indonesia, saya rasa menjadi frasa yang tepat untuk saat ini. (Savitri)

Unggulan

LAINNYA