Harga emas (XAU/USD) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa (9/12) seiring meningkatnya kehati-hatian pelaku pasar jelang keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan data pasar, XAU/USD diperdagangkan di kisaran $4.195, turun 0,27% setelah sempat menyentuh level tertinggi harian di $4.219. Pergerakan ini mencerminkan sentimen pasar yang defensif jelang pertemuan kebijakan moneter The Fed, yang diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut menjelang tahun 2026.
Menurut analisis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, prospek emas saat ini masih berada dalam jalur trend bullish yang menguat, mengacu pada kombinasi pola candlestick serta indikator teknikal Moving Average yang menunjukkan momentum kenaikan masih mendominasi. Namun, tekanan jangka pendek tetap bergantung pada retorika kebijakan The Fed dan arah ekonomi AS ke depan.
Secara teknikal, Andy memproyeksikan pergerakan emas hari ini berada pada dua skenario utama. Jika tekanan bullish berlanjut dan sentimen pasar mendukung aset safe-haven, harga emas berpotensi menguji kembali resistance terdekat di $4.218. Level ini menjadi titik psikologis penting, yang jika berhasil dilewati, dapat membuka ruang penguatan lanjutan menuju zona resistance berikutnya.
Namun, apabila emas gagal mempertahankan momentum kenaikan dan pasar kembali merespons penguatan dolar, potensi koreksi jangka pendek mengarah ke area $4.180. Level ini menjadi support terdekat sekaligus area keputusan bagi pelaku pasar dalam menentukan arah berikutnya.
Pelaku pasar global kini menunggu keputusan suku bunga The Fed yang dijadwalkan rilis pada Rabu waktu AS. Berdasarkan data CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin mencapai 90%, naik signifikan dari 66% pada November lalu. Meski demikian, pasar khawatir The Fed akan menyampaikan nada hawkish dalam konferensi pers, termasuk melalui rilis dot-plot yang akan memberi petunjuk arah suku bunga sepanjang 2026.
“Pasar sedang menunggu keputusan Fed dan arahan lebih lanjut mengenai kebijakan,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan Strategis Senior Logam di Zaner Metals.
Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh sejumlah data ekonomi Amerika Serikat, termasuk laporan ketenagakerjaan, ADP Employment, serta data JOLTS Job Openings. Jika data dirilis lebih lemah dari ekspektasi, peluang penurunan suku bunga lanjutan meningkat, sehingga mendukung kenaikan harga emas sebagai aset non-imbal hasil.
Selain faktor moneter, ketegangan geopolitik turut memberi dukungan tambahan terhadap permintaan emas sebagai aset safe-haven. Ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kembali meningkat, memperkuat permintaan terhadap aset lindung nilai.
Namun demikian, penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi Treasury AS—dengan yield tenor 10 tahun naik menjadi 4,168%—menjadi hambatan jangka pendek bagi reli emas.
Secara keseluruhan, Dupoin Futures Indonesia menilai bahwa meski emas terkoreksi, bias bullish masih dominan. Market kini menunggu katalis besar dari pernyataan The Fed untuk menentukan arah pergerakan berikutnya.
Artikel ini juga tayang di vritimes