Baru saja lembaga riset Indikator Politik mengeluarkan hasil riset terbarunya mengenai kinerja pemerintahan Jokowi.
Dikutip dari Kompas, Survei Indikator Politik menemukan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo naik 13 poin. Pada Agustus lalu, tingkat kepuasan publik berada di angka 59 persen, sementara, pada survei November, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah menjadi 72 persen.
Peneliti senior Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad mengonfirmasi temuan Indikator ini. Ini terkait tingginya kepuasan publik (approval rating) terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam temuan Indikator, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi pada November 2021 mencapai 72 persen. Ada kenaikan 13 poin jika dibandingkan Agustus yang sekadar 59 persen.
Menurut Saidiman, salah satu faktor pendorong tingkat kepuasan publik adalah kinerja pemerintah yang berhasil mengatasi dua persoalan utama, yakni kesehatan (pandemi covid-19) dan ekonomi.
Menurut Burhanuddin, kenaikan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi menjadi yang pertama terjadi. Selama pandemi, atau selama dua tahun berturut-turut, kepuasan terhadap kinerja presiden selalu mengalami penurunan.
Dari dua pendapat dan analisa tersebut. Memang jelas dan tegas mengatakan ada faktor Airlangga Hartarto. Namun jika dicermati lebih dalam, tak terbantahkan bahwan peranan Menko Perekonomian ini, dominan.
Ini dikarenakan kebijakan dan program-program yang ia lakukan.
Perbandingan Penanganan Ekonomi di Tengah Pandemi
Bukan melebih-lebihkan, pasalnya banyak negara menghadapi kekacauwan sipil akibat negara gagal menjaga stabilitas ekonomi.
Sebagai contoh misalnya Malaysia pada akhir 2020 dan awal 2020, berawal dari kekisruhan ekonomi berdampak pada stabilitas politik.
Selanjutnya Tunisia, akibat gagal menjaga ekonomi dari badai pendemi, kekacauan sipil terjadi. Bahkan memaksa Presiden Tunisia Kais Saied membubarkan pemerintah dan membekukan parlemen pada Minggu (25/7), sebuah langkah yang secara dramatis memperparah krisis politik di negara itu.
Penting kiranya Indonesia dikatakan sebagai negara yang berhasil di bidang ekonomi dan politik, untuk keluar dari nestapa pandemi Covid – 19.
Dalam situasi yang masih pandemi seperti sekarang ini, tentunya hanya segelintir menteri yang punya andil terhadap stabilitas Indonesia. Seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Ekonomi.
Hanya saja entah mengapa, justru paling paling banyak disorot adalah dua figur. Pertama Airlangga Hartarto sebagai Menko. Julian Batu Bara sebagai mantan Mensos. Serta menteri kesehatan.
Namun Julian Batu Bara disorot karna kasus Mega Korupsi. Selain itu, dibidang kesehatan, justru kementerian kesehatan salah satu lembaga yang banyak dikritik publik. Sebab banyak membuat kebijakan yang “plin plan” dan kontroversi.
Sebaliknya, 180 derajat dengan Julian, Airlangga justru banyak diapresiasi karna penanganan ekonomi yang baik.
Rakyat Rasakan Langsung Program Kartu Prakerja
Tidak hanya mendapat pengakuan dari Bank Dunia, program Kartu Prakerja juga mendapat sambutan positif dari rakyat langsung. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mengaku sangat terbantu dengan adanya program tersebut.
Salah satunya Nenden Farida Ukus (42), peserta Program Kartu Prakerja dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Dilansir dari wartaekonomi.co.id, dalam sebuah kesempatan, Nenden mengucapkan terima kasih kepada Airlangga yang telah meluncurkan program Kartu Prakerja tersebut.
Selain merasa terbantu, dengan diterimanya ia pada program tersebut, Nenden mengaku kembali merasa percaya diri untuk membuka usaha setelah sebelumnya gulung tikar akibat pandemi.
Hal senada disampaikan Wildan Abdul Ghani (35), petani kopi asal Sukawening, Garut. Wildan yang merupakan alumni gelombang ke empat Program Kartu Prakerja, mengaku mendapat pengetahuan tantang digital marketing dari pelatihan yang diikuti. Wildan yang bersama kelompoknya membangun usaha kopi dari pertanian hingga pengolahan.
Apresiasi dari Bank Dunia serta dua contoh ungkapan terimakasih dari peserta program Kartu Prakerja itu menunjukkan bahwa gagasan AHA untuk meluncurkan program tersebut tidak sia-sia karena manfaatnya langsung dirasakan oleh rakyat.
Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi
Laporan terbaru, Selasa (09/11) bahwa ekonomi Indonesia pada triwulan III-2021 tumbuh 3,51 persen jika dibandingkan dengan triwulan III 2020 Year on Year (YoY), sudah cukup untuk membantah kalau Airlangga tidak fokus bekerja.
Tumbuhnya ekonomi RI pada triwulan III-2021 tidak terlepas dari sejumlah kebijakan yang digulirkan oleh Ketua Umum Partai Golkar tersebut. Airlangga melahirkan berbagai program yang menjadi bagian dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Salah satu yang paling mencolok tentu saja program Bantuan Tunai untuk Pedagang Kaki Lima dan Warung (BT-PKLW) sebesar Rp 1,2 juta.
Bahkan, kemudian pada Kamis (14/10), Airlangga menyalurkan bantuan BT-PKLW kepada beberapa perwakilan PKL dan PW yang ada di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tujuan turun langsung ke lapangan dilakukan Airlangga tentu saja untuk memastikan bahwa bantuan itu benar-benar tersalurkan tepat sasaran.
Selain itu yang paling penting di catat adalah, sebagai Menko Ekonomi, Airlangga Hartato (AHA), mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia selama gempuran pandemi Covid – 19. Selama 2 tahun lebih terjadinya kelesuan ekonomi, mampu dikembalikan menjadi tren positif. Pertumbuhan ekonomi.