JAKARTA–Elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, makin moncer. Menko Perekonomian itu masuk lima besar calon presiden (Capres) terkuat versi Lembaga Survei Centre For Indonesia Strategic Action (CISA).
Tak hanya Airlangga yang elektabilitasnya menukik tajam. Partai Golkar pun elektabilitasnya ikut naik signifikan.
Pada suvei CISA Mei 2021 lalu, elektabilitas Airlangga masih di kisaran 3,47 persen. Namun kini naik menjadi 7,58 persen.
Elektabilitas Partai Golkar juga naik dari 10,9 persen pada bulan Mei 2021 lalu, kini naik jadi 14, 15 persen dan berasa di posis ketiga.
Direktur Eksekutif CISA, Herry Mendrofa dalam rilisnya, Jumat (3/9/2021) menyebutkan, bahwa kenaikan paling menonjol terjadi pada dua orang calon, yaitu AHY dan Airlangga.
Dijelaskan Herry, AHY dan Airlangga Hartarto mengalami peningkatan elektabilitas yang signifikan. Sedangkan, Ketum Partai Gerindra yang kini menjadi menteri pertahanan, Prabowo Subianto, justru mengalami penurunan.
Posisi pertama ditempati Ganjar Pranowo dengan 16, 97 persen, disusul Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 16.83 pesen, ketiga Anies Baswesan meraih 16,75 percen, keempat Prabowo Subianto yang turun di angka 10,08 persen.
“Kelima Airlangga Hartarto meraih 7,58 persen disusul Ridwan Kamil 5,92 persen, Sandiaga Uno 5,08 persen, Muhaimin Iskandar 5 persen, Puan Maharani 3,67, Prabowo Subianto justru menunjukkan penurunan elektabilitas dari bulan Mei 2021 dan hanya mendapatkan 10,08 persen,”urainya.
Sementara itu, untuk posisi puncak elektabilitas partai politik, masih ditempati PDI-Perjuangan yang mendapatkan 24,58 persen.
Partai Demokrat naik di peringkat ke-2 dengan meraih 18,75 persen. Partai Golkar di posisi ke-3 yang meraup 14,25 persen serta Partai Kebangkitan Bangsa yang mendapatkan 10,67 persen.
Survei dilaksanakan pada 27 Mei-1 Juli 2021, dengan wawancara langsung pada 1.600 responden di 34 provinsi yang dipilih dengan multi stage random sampling. Margin of error 2,85% dengan tingkat kepercayaan 95%.
“Anies, AHY, Ganjar, Prabowo dan Airlangga menempati lima besar elektabilitas tertinggi dari yang lainnya,” tukas Herry.
Terpisah, menanggapi hasil survei tersebut, pengamat politik Adi Prayitno mengingatkan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk ‘terkunci’ pada angka elektabilitas tertentu.
“Politik masih bergerak dinamis karena itu angka elektabilitas masih bisa berubah-ubah. Apalagi, lembaga-lembaga survei berbeda-beda dalam melakukan sampling, mengumpulkan data dan menarik analisa. Jangan terpaku pada angka elektabilitas, lebih baik cermati trennya,” ungkap Adi. (*)